BANTEN – Kepala Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, dr. Saiful Rahman, MARS menjadi pembicara dalam kegiatan penyuluhan bantuan hidup dasar (BHD) terhadap pelajar dan guru di 145 sekolah menengah di Kabupaten Tangerang. Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang, di Gedung Serba Guna Tigaraksa, belum lama ini. Selain penyuluhan, kegiatan juga diisi dengan praktik lapangan. Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan pelajar dan guru di sekolah sebanyak 145 sekolah menengah di Kabupaten Tangerang dalam penanganan kegawatdaruratan di luar rumah sakit.
Kepala Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinkes Provinsi Banten, dr. Saiful Rahman, MARS mengatakan, sudah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang, Polresta Tangerang dan Direktorat Sarana Transportasi Jalan terkait pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang diikuti 435 pelajar dan guru itu.
Dalam pemaparannya, Saiful Rahman menyampaikan tentang langkah-langkah BHD. Pertama, mengenali kondisi korban. Jika penolong menemukan seseorang yang tidak responsif terhadap rangsangan, langkah awal BHD dimulai dengan memastikan korban benar-benar tidak responsif. Penolong dapat memeriksa dengan berteriak, menepuk, atau menggoyangkan bahu korban, dilanjutkan dengan memberikan rangsangan nyeri sambil memastikan lingkungan aman. Jika korban tidak bernapas atau bernapas tidak normal (terengah-engah), penolong dapat mengasumsikan korban mengalami henti jantung, dan BHD perlu segera dilanjutkan untuk meningkatkan peluang selamat. Kedua, meminta bantuan, hubungi layanan darurat dan berikan informasi lengkap seperti nama, lokasi, jenis kejadian, kondisi korban, dan bantuan yang dibutuhkan. Selanjutnya, aktifkan sistem penanggulangan darurat (EMS); amankan diri, amankan lingkungan, dan analisis kondisi korban. Ketiga Penilaian dengan metode 3A dan MARCH dalam BHD bertujuan untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa secara sistematis.
Saiful Rahman mengatakan, 3A mencakup Aman Diri: Pastikan keselamatan diri sebelum bertindak. Aman Pasien: Amankan posisi korban dari ancaman lebih lanjut dan Aman Lingkungan: Pastikan area sekitar bebas dari bahaya. Sementara, MARCH melibatkan Massive Hemorrhage, yaitu periksa perdarahan besar, gunakan torniket dan catat waktunya. Airway: Pastikan jalan napas terbuka, lakukan jaw thrust atau chin lift jika perlu. Respiration: Cek pernapasan dan pastikan dada mengembang simetris. Circulation: Periksa sirkulasi dengan memantau warna kulit dan kelembaban, serta atasi pendarahan kecil. Head Injury & Hypothermia: Periksa trauma kepala dan cegah hipotermia dengan menutupi korban. Keempat, kompresi dada. BHD harus dilakukan segera setelah terjadi henti jantung, terutama dalam waktu emas (golden period) untuk memaksimalkan peluang keberhasilan. Tingkat keberhasilan BHD menurun drastis s menit keterlambatan, dari 98 % pada menit pertama menjadi 1 % pada m kesepuluh. Saat otak tidak menerima oksigen selama 6-8 menit, ada risiko kematian klinis, yang dapat berkem menjadi kematian biologis jika berla hingga 10 menit. Untuk melakukan kompresi dada yang berkualitas, perhatikan prinsip “push hard, push fast,” dengan kedalaman 5 cm dan frekuensi 100-120 kompresi per menit.Pastikan dada kembali mengembang di antara kompresi, minimalkan jeda, dan gunakan rasio 30:2 (kompresi dan napas bantuan). Jika ada beberapa penolong, lakukan RJP bergantian setiap dua menit atau lima siklus untuk mempertahankan kualitas. Kelima, memberikan nafas bantuan. Bantuan napas dalam resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan dengan teknik seperti mulut ke mulut, mulut ke hidung, dan menggunakan alat bantuan (bag mask) jika tersedia. Napas bantuan diberikan selama satu detik per hembusan, dengan memastikan dada korban naik untuk menghindari kelebihan volume udara yang dapat memperparah kondisi. Dalam kondisi darurat tanpa alat pelindung, bisa digunakan RJP “Hands Only.” Langkahnya meliputi: memastikan keamanan dengan 3A (Aman diri, pasien, dan lingkungan), memeriksa respons dan napas, memanggil bantuan, dan melakukan kompresi dada tanpa henti hingga korban merespons.
BHD pada anak-anak. Teknik kompresi dada untuk anak-anak umumnya serupa dengan orang dewasa, tetapi ada penyesuaian untuk bayi dan anak kecil. Untuk bayi berusia 1-12 bulan, kompresi dilakukan menggunakan dua jari (telunjuk dan tengah, atau tengah dan manis) atau dua ibu jari. Sementara itu, untuk anak- anak usia 1-8 tahun, kompresi bisa dilakukan dengan satu tangan, menyesuaikan dengan ukuran tubuh mereka agar tetap efektif dan aman.(ADV)